PERENCANAAN PERSALINAN

Setelah 9 bulan menjalani masa kehamilan, maka proses selanjutnya adalah masa persalinan. Ibu hamil akan melahirkan antara usia kehamilan 37-40 minggu. Jika lebih atau kurang dari waktu tersebut maka segera periksa ke bidan, puskesmas atau rumah sakit.
Persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi adalah proses perencanaan persalinan normal dan mengantisipasi tindakan yang diperlukan jika terjadi keadaan darurat. Hal ini bertujuan untuk mengatasi keterlambatan dengan memberdayakan perempuan, keluarganya, dan masyarakat untuk meningkatkan perencanaan persalinan dan mengambil tindakan jika terjadi keadaan darurat.

Persiapan apa saja yang harus disiapkan menghadapi masa persalinan?

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mendekatkan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang memerlukan dukungan keterlibatan keluarga, kader, masyarakat, serta petugas kesehatan.

1. Taksiran persalinan
Taksiran persalinan sangat penting karena merupakan penentu usia kehamilan. Prediksi taksiran persalinan yang akurat secara nyata bermanfaat bagi ibu dan keluarga
2. Penolong persalinan, ibu, suami, keluarga sejak awal kehamilan sudah menentukan untuk persalinan ditolong oleh petugas kesehatan. Ibu atau keluarga dapat memilih tenaga kesehatan terlatih sesuai dengan kepercayaan ibu tersebut. Misalnya ibu memilih yang akan menolong persalinannya adalah bidan atau dengan dokter spesialis.
3. Tempat persalinan, ibu, suami, keluarga sejak awal kehamilan sudah merencanakan tempat persalinan untuk ibu difasilitas kesehatan. Ibu dapat memilih tempat persalinannya di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik bersalin, Bidan Praktek Swasta atau di rumahnya sendiri asalkan tempatnya dapat memenuhi syarat.
4. Pendamping persalinan, Keluarga atau kerabat dekat ibu dapat ikut mendampingi ibu saat bersalin. Hal ini bertujuan agar keluarga dapat memberi dukungan moril pada ibu saat bersalin.
5. Transportasi/ ambulan desa, Mengupayakan dan mempersiapkan transportasi jika sewaktu-waktu diperlukan. Suami, keluarga dan masyarakat bekerjasama dalam membantu ibu hamail sampai pada tempat pelayanan kesehatan, serta pada saat adanya rujukan. Ibu harus mendapatkan pelayanan tepat, cepat bila terjadi komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
6. Calon pendonor darah, upaya tenaga kesehatan, keluarga dan masyarakat untuk membantu ibu hamil dalam mengantisipasi terjadinya komplikasi (perdarahan) pada saat persalinan. Sehingga ibu hamil sudah mempunyai calon pendonor darah sesuai dengan golongan darah ibu, untuk mencegah terjadinya komplikasi pada kehamilan maupun persalinan.
7. Dana, merupakan upaya menyisihkan uang atau barang berharga (yang bisa diuangkan sewaktu-waktu) oleh ibu hamil yang disimpan oleh bidan desa atau pihak yang ditunjuk oleh masyarakat yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk biaya persalinan. Besar simpanan atau nominal, tergantung dari perkiraan biaya persalinan normal atau sesuai dengan kesepakatan.
8. KB pasca persalinan merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk mengatur kehamilan melalui penggunaan alat / obat kontrasepsi setelah melahirkan. Konseling tentang KB dimulai saat kunjungan asuhan antenatal ke fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

Deteksi Dini Kegawatdaruratan

Ibu hamil harus segera menghubungi tenaga kesehatan atau kader kesehatan jika ibu hamil merasakan atau mengalami hal dibawah ini:

Trimester 1

a. Hiperemesis gravidarum, ditandai dengan:
· Mual muntah yang berlebihan
· Dehidrasi
· Penurunan berat badan
· Kelelahan
· Pusing dan sakit kepala
· Jantung berdebar
· Nafas bau keton
· Perubahan suasana hati
b. Keguguran, ditandai dengan:
Perdarahan, nyeri perut atau kram, keluarnya cairan
atau gumpalan darah dari vagina
c. pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan
d. Demam tinggi
e. Pada saat kencing, merasakan gatal, panas, keluar
keputihan yang berbau
f. Mengalami gangguan tidur
g. Cemas yang berlebihan
h. Diare yang hebat
i. Nyeri pada daerah dada

2. Trimester II
a. Nyeri perut bagian bawah yang sangat hebat
b. Keputihan berbau, gatal, ada rasa panas pada genitalia
c. Lemah letih lesu
d. Peningkatan tekanan darah
e. Gerakan janin tidak terasa
f. Pertumbuhan janin yang terhambat
g. Pusing menetap yang tidak berkurang jika digunakan untuk istirahat
h. Pandangan kabur
i. Demam tinggi
j. Perdarahan dari jalan lahir
3. Trimester III
a. Gerakan bayi tidak terasa atau kurang dari 10 kali dalam 12 jam
b. Mengeluarkan cairan dari jalan lahir, merembes ataupun ngepyoh, tetapi tidak merasakan kontraksi atau mules pada uterus
c. Perdarahan hebat
d. Nyeri perut hebat
e. Pusing sakit kepala hebat
f. Ibu gelisah, cemas berlebihan

Kehamilan dengan Risiko Tinggi

Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil dan bayi menjadi sakit atau meninggal sebelum kelahiran berlangsung.

Beberapa  faktor yang mempengaruhi ibu hamil risiko tinggi yaitu seperti

  1. Primi muda (hamil pertama ) berusia kurang dari 16 tahun,
  2. Primipara (hamil pertama ) tua berusia lebih dari 35 tahun,
  3. Primipara sekunder dengan usia anak terkecil diatas 5 tahun,
  4. Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145cm,
  5. Riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran),
  6. Pernah persalinan premature, lahir mati,
  7. Riwayat persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, dan operasi sesar),
  8. Pre-eklamsia yang ditandai dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmhg, pusing menetap, pandangan kabur, bengkak pada kaki tangan bahkan seluruh tubuh
  9. Eklamsia yaitu kejang yang didahului dari pre eklampsi
  10. Kehamilan lebih bulan atau serotinus yaitu lebih dari 42 minggu,
  11. Kehamilan dengan pendarahan antepartum (saat hamil) ,
  12. Kehamilan dengan kelainan letak,
  13. Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan.

Faktor penyebab resiko kehamilan apabila tidak segera ditangani pada ibu dapat mengancam keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang paling buruk yaitu kematian ibu dan bayi.

Moms dapat mendeteksi diri secara dini jika memiliki kondisi diatas. Lakukan Pemeriksaan kehamilan pada Bidan dan Dokter secara teratur. Segera datang ke fasilitas kesehatan jika mengalami kegawatdaruratan ya Moms…

Semoga sehat selalu ya Moms…

Khasiat Jahe dapat Mengurangi Mual Muntah saat Hamil

Moms, Ternyata lebih dari separuh wanita hamil menderita mual dan muntah, yang biasanya dimulai pada minggu keempat dan hilang pada minggu ke-16 kehamilan. Mual dan muntah kehamilan atau Nousea and Vomiting in Pregnancy (NVP) merupakan komplikasi kehamilan paling umum yang terjadi hingga 85% ibu hamil.

Mual dan muntah merupakan masalah umum pada awal kehamilan. Biasanya terjadi pada pagi hari sehingga sering disebut ‘morning sickness’. Namun  mual dan muntah bisa terjadi kapan saja sepanjang hari dan bisa menetap sepanjang hari.

Penyebab mual dan muntah pada kehamilan tidak diketahui, namun mungkin disebabkan oleh peningkatan konsentrasi human chorionic gonadotropin. Pada 1 dari 200 wanita, kondisi ini berkembang menjadi hiperemesis gravidarum, yang ditandai dengan mual dan muntah yang berkepanjangan dan parah, dehidrasi, dan penurunan berat badan.

Dapatkah minuman jahe mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil?

Mual muntah bisa diatasi secara non farmakologi. Secara non farmakologi adalah dengan melakukan tindakan pencegahan dan dengan pengobatan tradisional. Salah satu pengobatan tradisional adalah dengan meminum teh jahe, memakan permen jahe ataupun minum air rebusan jahe.

Jahe efektif dalam mengobati mual dan muntah. Penelitian di Kashan, Iran pada 279 wanita hamil menunjukkan bahwa total skor mual muntah berkurang 49% pada kelompok jahe dan 29% pada kelompok akupresur.

Selamat mencoba ya Moms